Sabtu, 05 Maret 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SYOCK

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN SYOCK


BAB I : TINJAUAN TEORITIS

A. PENGERTIAN :
Suatu bentuk sindroma dinamik yang akibat akhirnya berupa kerusakan jaringan sebab substrat yang diperlukan untuk metabolisme aerob pada tingkat mikroseluler dilepas dalam kecepatan yang tidak adekuat oleh aliran darah yang sangat sedikit atau dari aliran maldistribusi ( Candido, 1996)

Bentuk berat dari kekurangan pasokan oksigen dibanding kebutuhan

Masalah tidak adekuatnya perfusi jaringan

JENIS SYOCK : Jenis syock yang dikenal antara lain
Hipovolemik
Septik
Kardiogenik
Neurogenik
Anafilaktik



B. POFISIOLOGI :

Patosifiologi masing-masing jenis syock berbeda -beda

SYOCK HIPOVOLEMIK






( disadur dari intensive care manual, T.E.OH.1997 hal 147 )

SYOCK SEPSIS



Dikutip dari patofisiologi dan diagnosis syock . Pathophysiology of field from natanson, C.,Hoffmarillo, J.E.: Septic Shock : The Camality and therapi. J.Cardioth.

SYOSK ANAFILAKTIK

Syock ini disebabkan adanya reaksi alergi terhadap zat-zat tertentu sehingga melepaskan mediator-mediator kimia oleh sel mast dan basofil. Keadaan ini dapat menyebabkan hipoksia berat, vasodelatasi perifer dan hipovolemia karena kebocoran kapiler.

SYOCK SINDROMA DENGUE ( DSS )



C. ETIOLOGI :
Etiologi untuk masing-masing syock berbeda :
• Syock hipovolemik : perdarahan / trauma atau keluarnya garanm ( NaCl ) secara ekstrem
• Syock Kardiogenik : penyakit penyakit jantung seperti IMA, Bedah jantung, dll yang
menyebabkan hilangnya kontraksi otot ventrikel kiri jantung
• Syock sepsis : invasi parenteral bakteri, virus atau kuman lainnya
• Syock anafilaktik : adanya reaksi alergi


D. TANDA DAN GEJALA :
Tanda dan gejala syock terlihat berbeda beda tergantung pada tahapan syock yang dialami.
Secara umum diagnosa klinis syock dinyatakan bila ada :
• Sistolik kurang dari 80 mmHg



• Oliguria
• Asidosis metabolik
• Perfusi jaringan jelek
Sedangkan ditingkat sel fenomena yang ada akibat suplai oksigen yang tidak adekuat akan terjadi :
• metabolisme anaerob
• akumulasi asam laktat
• mitokondria bengkak
• sel tak mampu menggunakan substrat untuk membuat ATP
• mikrosom bengkak dan membran ruptur sehingga terjadi digesti intraseluler


E. PEMEMRIKSAAN PENUNJANG :

1. Laboratorium
Tidak spesifik untuk masing-masing syock.
a. laboratorium darah - hemoglobin dan hematokrit.
b. Syock hipovolemik : hemoglobin , hematokrit 
c. Analisa gas darah : pH , PCO2 , PO2 , SaO2 
d. Syock tahap progresif : Gula darah , Na  , Kalium 
e. BUN , creatinin , grafitasi urin , aomolalitas urin 
f. Kultur darah ( + ) : pada syock septik
g. A. leukosit , diff WBC  : pada syock sepsis
Neutrofil  : ada infeksi akut
Monosit  : aada infeksi bakteri
Eisinofil  : ada alergi
h. Serum enzim jantung ( LDH, CPK, SGOT ) meningkat : pada syock kardiogenik

2. Pemeriksaan penunjang lain tergantung pada kerusakan atau cederanya misalkan Foto Reontgen, CT scan, Echocardiogram, dll


F. KOMPLIKASI :
MOF ( gagal organ ganda )


G. PENATAKSANAAN
Focus terapi pada semua syock adalah :
• Terapi Penyakit yang mendasati
• Meningkatkan kadar PaO2  pertahankan diatas 80 mmHg
• Meningkatkan Perfusi jaringan  Tidak ada sianosis, akral hangat, Heart Rate dalam batas normal

1. PENATALAKSANAAN SECARA UMUM :
• Pertahankan oksigenasi & oksigenasi. ( PaO2 diatas 80 mmHg dalam 4-6 jam
• Perbaiki volume intravaskuler  Resusitasi Cairan dan atau obat Vasoaktif
• Pertahankan Cardiac Output (CO), MAP & perfusi organ adequat
• Pertahankan Lingkungan Metabilik yang ideal
• Kaji tingkat kesadaran pasien
• Monitor cairan output, itama jantung dan hemodinamik
• Obat vasoaktiv secara aktif ( sesuai instruksi dokter )

## TERAPI CAIRAN ##
Terapi Cairan pada syock sangat tergantung pada jenis syocknya . Jika pasien dilakukan RESUSITASI CAIRAN maka perlu ;
• Monitor ; bunyi paru, jantung
• Pada pasien yang disertai CHF, Edema Paru  dyspnoe, sianosis, batuk ronchi, whezing.
• Monitor : perdarahan, Dehidrasi, overload sirkulasi, Jumlah platelet. PTT,APTT
• Padang Abocath no. 18 / CVP
• Monitor tanda vital tiap 15 menit
• Monitor urin output tiap jam

2. PENATALAKSANAAN SYOCK HIPOVOLEMIK
• Pertahankan atau resusitasi cairan intravaskuler. Ganti kehilangan cairan dengan parenteral atau volume ekspander
• Jika penyebabnya masalah bedah kolaborasi untuk reoperasi atau koreksi sedangkan jika masalahnya adalah perdarahan eksternal atasi perdarahan tersebut.
• Pada hipovolemia dehidrasi ( diare )  terapi diare, anti emetik 7 pertahankan intake parenteral
• Pada perdarahan banyak kolaboras transfusi komponen darah
• Monitoring hasil laboratorium
• Monitoring kelebihan / kekurangan cairan.

3. PENATALAKSANAAN SYOCK SEPTIK
• TEHNIK ASEPTIK pada tiap tindakan
• Monitoring & observasi tanda vital secara ketat
• Monitoring tanda & gejala sepsis terutama pada luka , tempat kelur masuknya alt invasif
• Mempertahankan intake & output cairan dan status cairan secara umum
• Monitor hasil lab : Kultur darah, swab, urin, sputum.
• Mempertahankan oksigenasi dan ventilasi , jika terjadi gagal nafas dilakukan Intubasi
• Monitoring rontgen thoraks
• Kolaborasi terapi antibiotik

4. SYOCK KARDIOGENIK
• Kolaborasi obat inotropik ( titrasikan sesuai dengan hemodinamik pasien )
• Monitoring hemodinamik : tekana darah, HR, CO, Cardiac Indeks ( CI), PCWP, dll
• Monitor AGD, SVO2 , SaO2, dll.



4. SYOCK ANAFILAKTIK
• Mempertahankan Jalan nafas  umumnya terjadi oedem laring, spame laring, spasme bronkus.
• Kolaborasi Epinefrin : 0,3 - 0,5 mg yang dapat diulang tiap kali 20 menit
• Pengisisan volume intravaskuler  cairan koloid atau kristaloid
• Observasi reaksi anafilaktik



BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL:

1. Menurunnya Cardiac output ( CO) s/d vasodelatasi, kerusakan fungsi jantung, devisit volume cairan, dll
2. Kerusakan perfusi jaringan s/d hipertensi pulmonal, ARDS, edema
3. Perubanhan perfusi jaringan s/d CO tidak mencukupi.
4. Kecemasan s/d pemyakit berat
5. Resiko tinggi infeksi s/d pemasanagn alat invasif multiple
6. Resiko kelebihan cairan s/d Infus yang terlalu cepat
7. Intoleransi aktifitas s/d menurunnya O2 jaringan
8. Gangguan pertukaran gas s/d akumulasi cairan di paru
9. Gangguan proses berfikir s/d menurunnya O2 jaringan otak
10. Gangguan eleminasi urin s/d menurunnya cardiac output
11. Resiko cedera s/d menurunnya kesadaran
12. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s/d respon terhadap sepsis, sakit kritis.
13. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit s/d penurunan perfusi jaringan, edema.




DAFTAR PUSTAKA

Candido K.D. ( 1996 ). Physiologycal and Pharmacologic Bases of Anesthesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar