Sabtu, 29 Januari 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN GBS (AKUT IDIOPATIK POLIEUROPATI)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN
GBS
(AKUT IDIOPATIK POLIEUROPATI)



Definisi AIP

Suatu penyakit susunan saraf yang terjadi secara akut dan difus, terjadi setelah infeksi, mengenai radiks dan saraf tepi dan kadang-kadang mengenai saraf otak.


LANDRY, 1859

Perama kali menemukan dengan gejala:
-          Kelumpuhan keempat anggota badan.
-          Otot interkosta dan diafragma.
-          Oto leher/batang tubuh.
-          Gangguan sensibilitas disertai parastesi.
-          Gejala dari ekstrimitas bawah ke atas.
Dua dari sepuluh penderita meninggal dikarenakan kegagalan pernafasan, sebagai Ascending paralisis.

Guillan Barre Dan Strohl, 1916

-          Dua kasus gangguan motorik ekstremitas bagian distal.
-          Refleks tendo hilang.
-          Gangguan sensibilitas.
-          Kelainan LCS       peningkatan protein tanpa peningkatan jumlah sel (disosiasi cyto-albuminologik).

Symposium Guillain Barre Syndrom, di Brussel, 1937

Guillain Barre Syndrom (GBS)
-          Didefinisikan sebagai sebuah penyakit demyelinisasi neurologis.
-          Terjadi seraca akut, berkembang dengan cepat.
-          Biasanya mengikuti pola assending (merambat ke atas).
-          Mengenai akar-akar saraf spiral dan saraf-saraf perifer.
-          Kadang-kadang mengenai saraf-saraf kranial.
-          Memiliki rangkaian klinis dengan variable yang tinggi.

ETIOLOGI

GBS etiologinya tidak diketahui.
-          Dahulu diperkirakan disebabkan adanya infeksi virus pada jaringan saraf, namun akhir-akhir ini diyakini disebabkan karena penyakit imun.
-          Umumnya terjadi secara akut, menghilangkan polyneuritis dengan mengontrol poliomielitis dengan pemberian imunisasi.
-          Paling sering diderita oleh orang berusia 16 – 25 tahun, namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada semua usia.

PATOSIOLOGI

Konduksi sel-sel secara normal.
            Sel saraf terbentuk dari sebuah badan sel yang dikelilingi dendrit-dendrit, dan sebuat axon yang terdapat sepanjang tubuh sel yang berakhir pada ujung axon (lihat gambar). Sel-sel schwan terletak diantara/interval sepanjang axon dan membran sel tersebut membungkus sekeliling axon dari lapisan myelin.
Nodes of Ranvier (ruangan-ruangan diantara lapisan-lapisan) memiliki konduksi yang cepat sepanjang axon. Perubahan kimia listrik terjadi tidak hanya pada nodes tersebut namun juga sepanjang axon.
            Pada GBS, selaput myelin yang mengelilingi axon hilang. Selaput myelin cukup rentan terhadap cedera karena banyak agen dan kondisi, termasuk trauma fisik, hypoksia, toksik kimia, insufisiensi vaskular dan reaksi imunologi demyelinisasi adalah respon yang umum dari jaringan saraf terhadap banyak kondisi yang merugikan. Axon bermyelin mengkonduksi impuls saraf lebih cepat dibanding axon tak bermyelin. Kehilangan selaput myelin pada GBS membuat konduksi saltatori tidak mungkin terjadi, dan transmisi impuls saraf dibatalkan.

PERKEMBANGAN YANG CEPAT DARI GBS

            Enam puluh persen dari pasien guillan barre dilaporkan adanya infeksi demam yang ringan, biasanya merupakan infeksi pernafasan atau gastrointestinal (lebih sedikit) yang terjadi 2 minggu sebelum timbulnya gejala-gejala guillan barre.
Ada 3 tahapan GBS:
1.  Initial onset
     Pada awalnya biasanya muncul gejala-gejala yang terjadi secara mendadak yaitu adanya:
     -    Parathesia
     -    Nyeri dan atau kekakuan dari anggota badan, yang diikuti dengan kelemahan anggota badan.
     Pasien-pasien ini tidak hanya menderika kelemahan dan parathesia, namun juga terjadi kelembekan dan nyeri otot. Hal ini seperti apabila kita tidur dengan tangan tertekan sepanjang malam sehingga saat kita bangun tangan kita terasa kaku, parathesia, terasa lumpuh dan nyeri.
     Pasien mungkin tidak menjadi lebih buruk dan hanya menderita gillan barre ringan, namun bagaimanapun juga tahap ini dapat terjadi sampai 3 minggu dan pasien menjadi semakin lemah yang mengakibatkan:
-    Arefleksia
-    Menurunnya atau tidak berfungsinya diafragma dan otot-otot interkostae.
-    Hilangnya sensasi secara total.
-    Quadraplegia penuh.
2.  The plateau stage/tahap mendatar
     Pada tahap ini tidak terjadi kemerosotan ataupun penambahan gejala. Tahap ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
3.  Recovery stage/tahap penyembuhan
     Terjadi remyelinisasi dan penambahan konduksi.
     Ini dapat terjadi dari 4 bulan sampai 3 tahun.

UJI DIAGNOSTIK

1.  Riwayat pasien
                 Riwayat pasien merupakan hal yang sangat penting. Perlu dicatat tidak adanya demam pada 2-3 minggu sebelumnya.
2.  Lumbal fungsi
                 Adanya kenaikan protein dalam cairan serebrospinal namun tidak ditemukan peningkatan leukosit
3.  Test fungsi paru
                 Dilihat kapasitas vital parunya, cek setiap jam untuk melihat adanya kelemahan. Jika kapasitas vital menurun sampai 20 mls/kg atau 1,5 liter pindahkan pasien ke ICU.
4.  Gambaran kondusif syaraf
                 Terlihat adanya penurunan pada kecepatan konduksi syaraf-syaraf.
5.  Elektromyelogram
                 Pada rekaman elektromyelogram, kontraksi otot-otot dihasilkan dari rangsangan listrik, tidak adanya kontraksi menandakan hilangnya lapisan myelin.

 

DIAGNOSA BANDING

Pada saat mendiagnosa adanya GBS, dokter perlu membandingkan penyakit ini dengan penyakit:
1.      Diabetes neuropati
2.      Poliomyelitis
3.      Multiple disc prolapse
4.      Progressive recurrent polyneuropati
5.      Alkoholik
6.      Terkena bahan-bahan yang berbahaya seperti logam berat, racun dan lain-lain (penyakit-penyakit di atas sering memiliki gambaran klinis yang hampir sama dengan GBS).

KOMPLIKASI GBS

1.      Gagal nafas dan masalah yang berhubungan dengan gangguan ventilator.
2.      Aspirasi cairan gaster dan kemudian dapat terjadi penumonia.
3.      Bacterial pneumonia
4.      Thrombosis vena dalam dan embolus pulmonal.
5.      Cardiac arrhythmia
6.      Hipotensi
7.      Sepsis.


PENGOBATAN

1.  Pengobatan Spesifik
     Plasmas exchange (plasmapheresis) lebih efektif dalam 7 hari dari timbulnya serangan/gejala.
                 Diperlukan filter khusus yang menyerupai filter pada dialisa ginjal. Filter ini digunakan untuk menyaring keluar antibodi-antibodi (merupakan media dari sistem imun) yang menyerang dan merusak lapsian myelin dan saraf-saraf perifer. Tidak ada pedoman yang pasti dalam melakukan tindakan ini, namun umumnya sekitar 3 – 5 liter dari plasma pasien disaring keluar dan digantikan pada waktu yang sama dengan plasma atau plasma + normal saline. Setiap hari setelah terapi selesai, pasien diberi 4 – 5 unit FFP (Fresh Frozen Plasma) untuk menggantikan faktor pembeku darah yang dapat ikut tersaring keluar. Penggantian plasma diharapkan dilakukan setiap hari selama 3 – 5 hari dan biasanya berhasil dengan sangat baik, namun jika pasien tidak berespon terhadap terapi ini sampai hari kelima maka terapi/tindakan ini tidak diulangi.
     Tindakan penggantian plasma ini telah terbukti berhasil mencegah pasien menggunakan ventilator atau mengurangi lamanya pasien menggunakan ventilator. Masalah yang timbul dengan tindakan penggantian plasma antara lain:
-    Biayanya mahal
-    Dapat menyebabkan hipotensi, arrythmia, hematoma, thrombus dan komplikasi yang mengarah terjadinya sepsis.
-    Membutuhkan perawat yang terampil.
2.  Pemberian immunoglobulin secara intravena yang diberikan dengan dosis 0,4 g/kg selama 5 hari berturut-turut.
3.  Perawatan Supportif
1.  Respirasi
-    Monitor ketat frekuensi dan pola nafas
-    Monitor oksimetri dan AGD
-    Pernafasn mekanik                perawatan pasien dengan ventilator mekanik
2.  Kardio Vaskular
-    Monitor ketat frekuensi, irama, kekuatan denyut nadi (HR)
-    Monitor tekanan darah (blood pressure)
3.  Cairan, elektrolit dan nutrisi.
4.  Sedative dan analgsik.
5.  Perawatan secara umum
-    Physioterapi
-    Perawatan pada bagian-bagian tubuh yang tertekan.
-    Pertahankan ROM sendi.
-    Pertahankan fungsi paru.
-    Kultur urine dan sputum tiap 2 minggu
-    Pencegahan terhadap tromboemboli.
-    Pemberian antidepressan jika pasien depresi.
·           Jalin hubungan antara pasien dan staff perawat
·           Sediakan TV, radio, buku bacaan di ruangan pasien.
·           Bawa/dorong pasien keluar ruangan untuk berjemur, melihat pemandangan luar.

PENGKAJIAN

     Data Subjektif
·         Mengeluh pusing dan sakit kepala
·         Panas dingin
·         Ekstremitas lemas dan kesemutan
·         Kaki baal          seperti memakai kaos kaki
·         Takut bila ingin berdiri
·         Jongkok susah berdiri
·         Merasa cemas takut tak sembuh
·         Agak sesak nafas
·         Tidur susah dan gelisah
·         Susah menelan dan tenggorokan sakit
     Data Objektif
·         Suhu badan 380 C
·         Badan diraba terasa dingin
·         Pucat
·         Empat ekstremitas lemas/paralisis
·         Pernafasan tidak teratur
·         Pasien pasif
·         Takikardi
·         Tekanan darah meningkat dan berfluktuasi
·         Flushing karena gangguan vasomotor
·         Hypersekresi saliva dan bronkhus
·         Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.




DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan paralise otot pernafasan

Tujuan:
Oksigenasi adekuat dapat dipertahankan

Intevensi :
·         Kaji adanya kesulitan bernafas, menelan, yang dapat menyebabakan aspirasi saliva dan menjadi pencetus gagal nafas akut.
·         Awasi adanya peningkatan frekuensi pernafasan, penggunaan otot aksesori pernafasan, peningkatan frekuensi nadi, dan perubahan pola pernafasan.
·         Berikan terapi fisik dada dan tinggikankepala tempat tidur untuk memudahkan pernafasan dan meningkatkan batuk efektif.
·         Lakukan penghisapan untuk mempertahankan patensi jalan nafas.

  1. Kerusakan mobilitas fisisk berhubungan dengan paralise otot ekstremitas

Tujuan :
Mobiliatas fisik dapat dipertahankan dan komplikasi dapat dicegah

            Intervensi :
·         Berikan rentang gerak pasif sedikitnya dua kali sehari.
·         Kolaborasi rehab medik untuk mencegah deformitas, kontraktur.
·         Pastikan hidrasi yang adekuat.
·         Letakkan bantalan dibawah siku dan kaput fibula untuk mencegah neuropatis ulna dan saraf perineal.
·         Gunakan meja yang dapat terangakat untuk membantu memberikan postur tegap ketika dimulai pemulihan untuk mencegah hipotensi ortostatik.

  1. Kliren jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret
      Tujuan :
      Patensi jalan nafas dapat dipertahankan
      Intervensi
·         Awasi frekuensi pernafasan, suara pernafasan ,dan kedalaman ekspansi dada.
·         Monitor saturasi oksigen dengan oksimetri.
·         Pantau nilai analisa gas darah dan nilai kecenderungannya.
·         Lakukan penghisapan lender sesuai kebutuhan
·         Berikan terapi inhalasi sesuai pesanan dokter
          
  1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan menelan

           Tujuan:
           Nutrisi adekuat dapat dipertahankan

           Intervensi:
·      Lakukan pemasangan NGT untuk memberkan diit sonde.
·      Tentukan kebutuhan kalori harian sesuai berat badan,umur, dan jenis kelamin.
·      Timbang berat badan setiap hari
·      Kolaborasi dengan medis untuk pemberian nutrisi parentral
·       

  1. Krusakan komunikasi verbal berhubungan dengan disfungsi saraf cranial

Tujuan:
          Komunikasi terapeutik dapat tercapai
Intervensi

·      Tetapkan komunikasi melalui teknik membaca bibir, gunakan kartu bergambar, gabungkan dengan system mengedipkan mata, untuk menandakan ya atau tidak, jika pasien sedang dalam ventilator atau jika tidak dapat berbicara.
·      Berikan terapi hiburan misalnya televise, radio, tape kunjungankeluarga untuk menghilangkan sebagian rasa frustasi yang dihadapi pasien.

  1. Ketakutan yang berhubungan dengan kehilangan control
                
                 Tujuan :
                 Reduksi ansietas dan ketakutan
                
                 Intervensi
·         Libatkan teman dan keluarga dengan aktifitas perawatan tertentu untuk menghilasngksn rasa isolasi.
·         Berikan pasien informasi tentang kondisi, daengan menekankan penilaian positif terhadap sumber sumber koping




DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L.J., 1998, Nursing Diagnosis Aplication to Clinical Practice, J.B. Lippincott Company, Phildelphia.

Doris Smith Suddarth RN., 1991, The Lippincott Manual of Nursing Practice, 5th Edition, JB. Lippincott Company, Philadelphia.

Hudak dan Gallo, 1996, Perawatan Kritis, Edisi VI, Volume II, Penerbit buku kedokteran, EGC, Jakarta.

TEOH, 1990, Intensive Care Manual, Third Edition, by Globe Press, Australia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar